TUGAS MAKALAH
PENDIDIKAN PANCASILA
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
DosenPengampuh : Drs. Kustomo,
M.Pd
Disusun Oleh :
Syamsul Ma’arif
/ 132747
Intan Cahyaning Putri
/ 132789
Lailatul Rochmah / 132796
Retno Fandini /132818
Andika
Hidayatulloh / 132842
Ekonomi
2013 B
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN
GURU REPUBLIK INDONESIA
JOMBANG
Jl. Pattimura III/20
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat
Tuhan YME yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan penyusunan makalah kelompok kami. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah PENDIDIKAN PANCASILA, yang berjudul
“Pancasila Sebagai Sistem Filsafat”.
Dalam penyusunan makalah ini, kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu..
Makalah ini telah disusun berdasarkan
sumber-sumber yang ada, namun kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan akan kami
terima dengan senanghati. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
Jombang,
10 Oktober 2013
Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
1.2 RumusanMasalah
1.3 MetodePenelitian
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PengertianPancasilasebagaiSistemFilsafat
2.2 PancasilasebagaiSistemFilsafat
2.3 BuktiPancasilasebagaiSistemFilsafat
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpuan
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Selama manusia hidup
sebenarnya tidak seorang pun dapat menghindar dari kegiatan berfisafat. Memahami sistem filsafat sesungguhnya
menelusuri dan mengkaji suatu pemikiran mendasar dan tertua yang
mengawali kebudayaan manusia. Suatu sistim, filsafat berkembang berdasarkan
ajaran seorang atau beberapa orang tokoh pemikir filsafat. Sistem filsafat
sebagai suatu masyarakat atau bangsa. Sistem filsafat amat ditentukan oleh
potensi dan kondisi masyarakat atau bangsa itu, tegasnya oleh kerjasama faktor
dalam dan faktor luar. Faktor-faktor ini diantaranya yang utama ialah sikap dan
pandangan hidup, citakarsa dan kondisi alam lingkungan. Apabila cita
karsanya tinggi dan kuat tetapi kondisi alamnya tidak menunjang, maka bangsa
itu tumbuhnya tidak subur (tidak jaya). Pada dasarnya, manusia filosofis adalah manusia yang
memiliki atau mempunyai kesadaran diri dan akal sekaligus memiliki jiwa yang
independen dan bersifat spiritual.
Jikalau berpendapat dalam
hidup ini materialah yang essensial dan mutlak, maka orang tersebut berfilsafat
materialisme. Jikalau berpandang bahwa kebenaran pengetahuan itu sumber
rasio maka orang tersebut berfilsafat rasinalisme. Jikalau berpandang
bahwa kenikmatan, kesenangan dan kepuasan lahiriah dalam hidup ini yang
penting, maka berfilsafat hedonisme. Jikalau berpandang dalam hidup
masyarakat maupun negara yang terpenting adalah kebebasan individu yang bebas,
maka berpandangan individualisme, liberalisme.
Tujuan dari penulisan makalah ini sendiri, selain memenuhi kewajiban
membuat tugas, adalah untuk memenuhi rasa ingin tahu dan keterkaitan penulis
terhadap bab Pancasila sebagai Sistem Filsafat.
1.2
Rumusan
Masalah
1.
Apa yang
dimaksud dengan Pancasila sebagai Sistem Filsafat?
2.
Apa bukti
Pancasila sebagai Sistem Filsafat?
1.3
Metode Penelitian
Pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem
filsafat dapat dilakukan dengan cara deduktif dan induktif.
1.
Cara deduktif à Dengan
mencari hakikat Pancasila serta menganalisis dan menyusunnya secara sistematis
menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif.
2.
Cara induktif à Dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya
masyarakat, merefleksikannya, dan menarik arti dan makna yang hakiki dari
gejala-gejala itu.
Selain itu, penyusun juga menggunakan
metode studi pustaka untuk menulis makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pancasila Sebagai Sistem
Filsafat
Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri
dari berbagai unsur, masing-masing unsur mempunyai fungsi sendiri-sendiri,
mempunyai tujuan yang sama, saling keterkaitan (interrelasi) dan ketergantungan
(interdependensi), sehingga merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh.
Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu
pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada,
sebab asal, dan hukumnya.
Secara etimologi istilah “filsafat” berasal dari bahasa
Yunani yaitu philosophia. Kata itu terdiri dari dua kata yaitu “philo”,
“philos”, “alphilein” artinya “cinta” dan “shopos” atau “shophia” artinya
“hikmah” atau “kebijaksanaan” atau “wisdom” (Nasution, 1973. Dengan sedikit
perubahan).
Jadi kata filsafat berarti cinta kebenaran atau cinta kebijaksanaan atau kebijaksanaan yang hakiki.
Bilamana kita pakai
bahasa Jawa sendiri, maka filsafat berarti: ngudi kasampurnan, berusaha
mencari kesempurnaan.
Endang
Saifuddin Anshari, MA (1979:157), mendefinisikan filsafat sebagai hasil daya
upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami (mendalami dan menyelami)
secara radikal dan integral hakikat sarwa yang ada yaitu hakekat Tuhan, alam
semesta, dan manusia.
Karena
luasnya lingkungan pembahasan ilmu filsafat, maka tidak mustahil kalau banyak
di antara para filsafat memberikan definisinya secara berbeda-beda. Definisi-definisi
ilmu filsafat dari filsuf Barat dan Timur di bawah ini:
1.
Menurut Harun Nasution filsafat
adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tak terikat tradisi,
dogma atau agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar
persoalan.
2.
Plato (427SM –
347SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur murid Socrates dan guru
Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu
pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).
3.
Aristoteles (384 SM
– 322SM) mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran,
yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika,
ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala
benda).
4.
Marcus
Tullius Cicero (106 SM – 43SM) politikus dan ahli pidato Romawi,
merumuskan: Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang mahaagung dan
usaha-usaha untuk mencapainya.
5.
Al-Farabi (meninggal
950M), filsuf Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina, mengatakan : Filsafat adalah
ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang
sebenarnya.
6.
Immanuel
Kant (1724
-1804), yang sering disebut raksasa pikir Barat, mengatakan : Filsafat itu ilmu
pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan,
yaitu:
·
Apakah
yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika)
·
Apakah
yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika)
·
Sampai di
manakah pengharapan kita? (Dijawab oleh agama)
·
Apakah
yang dinamakan manusia? (dijawab oleh antropologi)
7.
Harold
H. Titus mengemukakan
4 pengertian filsafat adalah sebagai berikut:
(1) Satu sikap tentang hidup dan tentang alam semesta (Philosophy is an
attitude toward life and the universe);
(2) Filsafat
adalah satu metode pemikiran reflektif dan penyelidikan Akliah (Philosophy is a
method of reflective thinking and reasoned inquired);
(3) Filsafat
adalah satu perangkat masalah ( philosophy is a group pf problems);
(4) Filsafat
ialah satu perangkat teori atau isi pikiran (philosophy is a group of system of
though).
8.
Prof. Dr.
Fuad Hasan, guru besar psikologi UI, menyimpulkan: Filsafat adalah suatu ikhtiar
untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akarnya
suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yang radikal
itu filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal.
9.
Al- Farabi
mengatakan bahwa filsafat adalah
mengetahui semua yang wujud karena ia wujud.(al-ilm bil maujudat bimahiya
maujudah). Tujuan terpenting mempelajari filsafat adalah mengetahui tuhan,
bahwa ia esa dan tidak bergerak, bahwa ia memjadi sebab yang aktif bagi semua
yang ada , bahwa ia mengatur alam ini dengan kemurahan, kebijaksanaan dan keadilan-Nya,
Seorang filosof atau al hakim adalah orang yang mempunyai pengetahuan tentang
zat yang ada dengan sendirinya (al-wajibli-dzatihi), Wujud selain Allah , yaitu
mahluk adalah wujud yang tidak sempurna.
10.
Ikwanushafa
bagi golongan ini, filsafat itu
bertingkat-tingkat , pertama cinta kepada ilmu, kemudian mengetahui hakikat
wujud-wujud, menurut kesanggupan manusia dan yang terakhir ialah berkata dan
berbuat sesuai ilmu mengenai lapangan filsafat diketahui ada 4 yaitu
matematika, logika, fisika dan ilmu ketuhanan. Sedang ilmu ketuhanan mempunyai
bagian:
(1) Mengenal
Tuhan;
(2) Ilmu
kerohanian yaitu malaikat;
(3) Ilmu
kejiwaan
(4) Ilmu
politik (politik kenabian, politik pemerintahan, politik umum, politik khusus);
dan
(5) Ilmu
akherat
11.
IBNUSINA
Pembagian filsafat bagi Ibnu sina
pada pokoknya tidak berbeda dengan pembagian yang sebelumnya, filsafat teori
dan filsafat amalan. Filsafat ketuhanan menurut Ibnu Sina adalah:
(1) Ilmu
tentang turunnya wahyu dan mahluk-mahluk rohani yang membawa wahyu itu, dengan
demikian pula bagaimana cara wahyu itu disampaikan, dati sesuatu yang bersifat
rohani kepada sesuatu yang dapat dilihat dan didengar;
(2) Ilmu
akherat (Ma’ad) antara lain memperkenalkan kepada kita bahwa manusia ini tidak
dihidupkan lagi badannya, maka rohnya yang abadi itu akan mengalami siksa dan
kesenangan.
12.
AL-KINDI
,diikalangan kaum muslimin, orang
yang pertama memberikan pengertian filsafat dan lapangannya adalah Al-kindi, ia
membagi filsafat 3 bagian :
(1) Thibiyyat
(ilmu fisika) sebagi sesuatu yang berbenda;
(2) Al-ilm-urriyadli
(matematika) terdiri dari ilmu hitung , tehnik, astronomi, dan musik,
berhubungan dengan benda tapi punya wujud sendiri, dan yang tertinggi adalah
(3) Ilm
ur-Rububiyyah (ilmu ketuhanan)/ tidak berhubungan dengan benda sama sekali.
13.
Prof.
I.R. PUDJAWIJATNA
menerangkan juga ”Filo” artinya cinta dalam arti seluas-luasnya yaitu
ingin dan karena ingin itu selalu berusaha mencapai yang diinginkannya . “Sofia”
artinya kebijaksanaan artinya pandai, mengerti dengan mendalam.
14.
P.J
Zoetmulder mengatakan
bahwa pengetahuan (filsafat) senantiasa hanya merupakan sarana untuk mencapai kesempurnaan.
15.
Bertrand
Russel mengatakan
definisi ‘filsafat’ akan bersifat aneka ragam dan mempunyai corak sesuai dengan
filsafat yang kita anut masing-masing
16.
Drs H.
Hasbullah Bakry merumuskan: ilmu filsafat adalah ilmu yang
menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan
manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya
sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana sikap manusia itu
seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
Selain itu, terdapat
pengertian lain yaitu filsafat sebagai ilmu dan filsafat sebagai
pandangan hidup, serta filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti
praktis.
Istilah “filsafat” dapat ditinjau
dari dua segi, yakni:
·
Segi Semantik :
Perkataan filsafat berasal dari bahasa Arab ‘falsafah’, yang berasal dari
bahasa Yunani, ‘philosophia’, yang berarti ‘philos’ = cinta, suka (loving), dan
‘sophia’ = pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi ‘philosophia’ berarti cinta
kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang
berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut
‘philosopher’, dalam bahasa Arabnya ‘failasuf”. Pecinta pengetahuan ialah orang
yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidupnya, atau perkataan lain,
mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.
·
Segi Praktis : Dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat
berarti ‘alam pikiran’ atau ‘alam berpikir’. Berfilsafat artinya berpikir.
Namun tidak semua berpikir bererti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir
secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa “setiap
manusia adalah filsuf”. Semboyan ini benar juga, sebab semua manusia berpikir.
Akan tetapi secara umum semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia
yang berpikir adalah filsuf. Filsuf hanyalah orang yang memikirkan hakikat
segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam.
Pada umumnya terdapat dua pengertian
filsafat yaitu filsafat dalam arti proses dan filsafat dalam arti produk.
1.
Filsafat dalam arti
proses
Fisafat di artikan dalam bentuk suatu aktivitas berfilsafat, dalam
proses pemecahan suatu permasalahan dengan menggunakan suatu cara dan metode
tertentu yang sesuai objeknya.
2.
Filsafat dalam arti
produk
Filsafat
sebagai suatu jenis problema yang dihadapi manusia. Sehingga manusia mencari
suatu kebenaran yang timbul dari persoalan yang bersumber dari akal manusia,
dan sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep, dan pemikiran dari para filsuf
misalnya rasionalisme, materialisme, pragmatisme.
Tegasnya,
filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan suatu
kebenaran dengan sedalam-dalamnya atau
berfikir sedalam-dalamnya (merenung) terhadap sesuatu secra metodik, sistematik,
menyeluruh atau universal untuk mencari hakikat sesuatu.
Dengan
kata lain: Filsafat adalah ilmu yang paling umum yang mengandung usaha dalam mempelajari
dengan sungguh-sungguh kebijaksanaan dan cinta akan
kebijakan / hakikat
kebenaran segala sesuatu.
Pancasila digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk,
filsafat sebagai pandangan hidup, dan filsafat dala arti praktis. Hal ini
berarti Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan
dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari,
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia dimanapun mereka
berada.
Jadi, Pancasila sebagai sistem
filsafat yaitu suatu konsep tentang dasar negara yang terdiri dari lima
sila sebagai unsur yang mempunyai fungsi masing-masing dan satu tujuan yang
sama untuk mengatur dan menyelenggarakan kehidupan bernegara di Indonesia.
2.1.1 Obyek filsafat
Filsafat merupakan kegiatan yang tinggi dan murni (tidak
terikat langsung dengan suatu obyek) yang mendalam dan daya pikir subyek
manusia dalam memahami segala sesuatu untuk mencari kebenaran. Ajaran filsafat
merupakan ajaran pemikiran yang sedalam-dalamnya tentang kesemestaan secara
mendasar (fundamental dan hakiki). Manusia memiliki potensi dan fungsi
kepribadian untuk berpikir aktif dalam mencari kebenaran.
Filsafat sebagai pemikiran pemikir (filsuf) merupakan suatu
ajaran atau system nilai, baik sebagai ideologi yang dianut suatu masyarakat
atau bangsa dan Negara maupun berwujud pandangan hidup atau filsafat hidup.
Yang demikian itu sudah menjadi tata nilai yang melembaga
sebagai suatu paham (isme) dalam mempengaruhi kehidupan modern. Misalnya
komunisme, fasisme, dll.
Filsafat yang merupakan kegiatan olah piker manusia memiliki
obyek yang tidak terbatas yang menurut isi atau sustansinya dapat dibedakan
menjadi berikut:
1.
Obyek Material Filsafat à Obyek pembahasan filsafat yang mencakup
keseluruhan baik yang bersifat material kongkrit seperti alam, manusia, benda,
hewan, dll, maupun yang bersifat abstrak spiritual seperti, nilai-nilai, ide,
ideology, moral, pandangan hidup, dll.
2.
Obyek Formil Filsafat à
Cara pandang filsuf terhadap obyek
material tersebut.
Suatu obyek material dapat ditinjau
dalam berbagai sudut pandang berbeda. Oleh sebab itu, terdapat banyak sudut
pandang filsafat yang merupakan cabang-cabang filsafat. Adapun cabang-cabang
filsafat tsb adalah :
1.
Metafisika : Membahas hal-hal yang
bereksistensi dibalik fisis, yang meliputi bidang-bidang ontology (membicarakan teori sifat dasar dan ragam kenyataan),
kosmologi (membicarakan tentang teori umum
mengenai proses kenyataan) dan anthropologi.
2.
Epistemologi : Membahas persoalan hakikat pengetahuan.
3.
Metodologi : Membahas persoalan hakikat metode
dalam ilmu pengetahuan.
4.
Logika : Membahas persoalan filsafat berfikir,
yaitu rumus-rumus dan dalil-dalil berfikir yang benar.
5.
Etika : Berkaitan dengan moralitas,
tingkah laku manusia.
6.
Estetika : Berkaitan dengan persoalan hakikat
keindahan.
2.1.2 Aliran-Aliran
Filsafat
Aliran-aliran filsafat yang ada
sejak dulu hingga sekarang adalah sebagai berikut:
1.
Aliran
Materialisme
2.
Aliran
Idealism/Spiritualisme
3.
Aliran
Realisme
2.2
Pancasila
sebagai Sistem Filsafat
Pancasila
sebagai sistem filsafat atau sebagai dasar negara kita merupakan sumber dari
segala sumber hukum yang berlaku di negara kita. Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa indonesia dapat mempersatukan kita, serta memberi petunjuk dalam
mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan bathin dalam masyarakat kita
yang beraneka ragam sifatnya. Filsafat Pancasila adalah filsafat yang mempunyai
obyek Pancasila, yaitu obyek Pancasila yang benar dan sah sebagaimana tercantum
didalam pembukaan UUD 1945 alenia ke-4.
Inti sila-sila Pancasila meliputi:
Tuhan, yaitu sebagai kausa
prima
Manusia, yaitu makhluk
individu dan makhluk sosial
Satu, yaitu kesatuan
memiliki kepribadian sendiri
Rakyat, yaitu unsur mutlak
negara, harus bekerja sama dan gotong royong
Adil, yaitu memberi
keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi haknya.
Karakteristik
Filsafat Pancasila :
1.
Hierarkhis
Piramidal, artinya saling menjiwai antar sila (sila yang satu menjiwai sila yang
lainnya, demikian pula sebaliknya).
Contoh : Sila ke 1 menjiwai sila 2-5
Sila ke 2 menjiwai sila ke
3-5 dan dijiwai sila ke 1
Sila ke 3 menjiwai sila ke
4-5 dan dijiwai sila ke 1-2
Sila ke 4 menjiwai sila ke 5
dan dijiwai sila ke 1-3
Sila ke 5 dijiwai sila ke1-4
Jadi, dalam
kehidupan sehari-hari pengamalan
Pancasila harus dilaksanakan secara satu
kesatuan yang bulat dan utuh (totalitas), tidak boleh
dilaksanakan secara terpisah-pisah.
2.
Monotheis
Religius, artinya Negara berdasarkan atas keTuhanan YME. Kehidupan beragama di
Indonesia merupakan bagian dari “urusan” pemerintah, yang harus diwujudkan
serta dijaga harmonisasinya dalam masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk
(beraneka ragam) ini.
3.
Monodualis
dan Monopluralis
Monodualis, erat kaitannya dengan hakekat manusia
sebagai makhluk dwi tunggal
artinya manusia sebagai
makhluk individu sekaligus
sebagai makhluk sosial.
Monopluralis, dimana “mono” (=satu)
diartikan sebagai bangsa Indonesia
sedangkan “pluralis” diartikan
sebagai sifat masyarakat
Indonesia yang majemuk (beranekaragam) dalam hal
agama, suku bangsa, bahasa
daerah, adat istiadat dan
kebudayaan. Agar terjadi harmonisasi dalam segala aspek kehidupan, maka
konsep persatuan dan
kesatuan harus senantiasa didiutamakan.
Fungsi Filsafat Pancasila:
Memberi
jawaban atas pertanyaan yang bersifat fundamental/mendasar dalam kehidupan
bernegara, Misalnya : susunan politik, sistem politik, bentuk negara, susunan
perekonomian dan dasar-dasar pengembangan ilmu pengetahuan. Hal ini harus dapat
dikembangkan oleh filsafat.
Mencari
kebenaran yang bersifat substansi tentang hakikat negara, ide, negara atau
tujuan negara. (Kelima sila pancasila merupakan kesatuan yang utuh, tidak
terpisahkan)
Berusaha
menempatkan dan menjadi bernegara. (sehingga fungsi filsafat akan terlihat
jelas jika negara tersebut sudah terbentuk keteraturan kehidupan bernegara).
2.3
Bukti Pancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila merupakan suatu kesatuan
yang utuh, sistem lazimnya memiliki ciri-ciri suatu kesatuan bagian-bagian, bagian-bagian
tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri, saling berhubungan dan
ketergantungan, keseluruhannya dimaksud untuk mencapai suatu tujuan tertentu
(tujuan sistem), dan terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks. Pancasila
menjadi landasan dan falsafah dasar negara telah membuktikan dirinya sebagai
wadah yang dapat menyatukan bangsa. Dengan Pancasila bangsa Indonesia diikat
oleh kesadaran sebagai satu bangsa dan satu negara. Pancasila memberikan ciri khas dalam kehidupan bangsa dan negara Indonesia.
1.
Susunan Kesatuan Sila-sila Pancasila
Bersifat Organis.
Secara filosofis inti dan isi
sila-sila Pancasila bersumber pada hakikat dasar ontologis manusia yaitu
sebagai monopluralis yang memiliki unsur-unsur susunan kodrat yaitu
jasmani dan rohani, sifat kodrat sebagai mahluk individu sosial serta memiliki
kedudukan kodrat sebagai pribadi yang berdiri sendiri dan sebagai mahluk
ciptaan Tuhan YME. Hal ini terjadi karena manusia (Rakyat
Indonesia) sebagai
pendukung utama inti dari isi pancasila.Unsur hakikat manusia merupakan
kesatuan yang bersifat organis dan harmonis.
Sila-sila Pancasila merupakan
penjelasan dari hakikat manusia monopluralis yang merupakan kesatuan organis
maka memiliki kesatuan yang organis pula.
2.
Susunan sila-sila Pancasila yang
bersifat Hierarkhis dan berbentuk Piramidal.
Pengertian matematis piramidal
digunakan untuk menggambarkan hubungan hierarkis sila-sila Pancasila merupakan
rangkaian tingkat dalam urutan luas (kuantitas) dan juga dalam isi sifatnya
(kualitas). Sedangkan makna hierarkhis adalah susunan pancasila sudah dikemas
sedemikian rupa sehingga urutannya tidak akan berubah.Pancasila merupakan suatu
keseluruhan yang bulat dan memenuhi sebagian sistem filsafat.
Kesatuan sila-sila pancasila
memiliki susunan hierarkhis piramidal maka sila Ketuhanan yang Maha Esa adalah
ketuhan yang berkemanusiaan, berpersatuan, berkerakyatan serta berkeadilan
sosial sehingga di dalam setiap sila senantiasa terkandung sila-sila lainnya.
Rumusan
Pancasila yang Bersifat Hierarkis dan Berbentuk Piramidal :
o
Sila pertama : Meliputi dan
menjiwai sila-sila kedua, ketiga, keempat dan kelima.
o
Sila kedua : Diliputi dan
dijiwai sila pertama, meliputi dan menjiwai sila ketiga, keempat dan
kelima.
o
Sila ketiga : Diliputi dan
dijiwai sila pertama dan kedua, meliputi dan menjiwai sila keempat dan
kelima.
o
Sila
keempat : Diliputi dan
dijiwai sila pertama, kedua dan ketiga, meliputi dan menjiwai sila kelima.
o
Sila kelima : Diliputi dan
dijiwai sila pertama, kedua, ketiga, dan keempat.
3. Susunan sila-sila Pancasila yang
saling mengisi dan saling mengkualifikasi.
Hakikatnya sila-sila Pancasila tidak
berdiri sendiri, akan tetapi pada setiap sila terkandung keempat sila lainya.
Dengan kata lain setiap sila senantiasa dikualifikasi oleh keempat sila
lainnya.
Rumusan
kesatuan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan mengkualifikasi :
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah berkemanusiaan
yang adil dan beradab, berperisatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah
ber-Ketuhanan yang Maha Esa,berperisatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila Persatuan Indonesia, adalah ber-Ketuhanan
yang Maha Esa,berkemanusiaan yang adil dan beradab,berkerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, adalah ber-Ketuhanan yang Maha
Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berperisatuan Indonesia dan
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
adalah ber-Ketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab,
berperisatuan Indonesia dan berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
Ini merupakan bukti bahwa sila-sila
Pancasila merupakan kesatuan atau sebagai Sistem Filsafat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab II, dapat
ditarik kesimpulan bahwa berfilsafat berarti berfikir sedalam-dalamnya
(merenung) terhadap sesuatu secra metodik, sistematik, menyeluruh atau
universal untuk mencari hakikat sesuatu. Dengan kata lain, filsafat adalah ilmu
yang paling umum yang mengandung usaha mencari kebijaksanaan dan cinta akan
kebijakan.
Sedangkan
Pancasila sebagai sistem filsafat yaitu suatu konsep tentang dasar negara yang terdiri dari
lima sila sebagai unsur yang mempunyai fungsi masing-masing dan satu tujuan
yang sama untuk mengatur dan menyelenggarakan kehidupan bernegara di Indonesia.
Pancasila digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk,
filsafat sebagai pandangan hidup, dan filsafat dala arti praktis. Hal ini
berarti Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan
dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari,
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia dimanapun mereka
berada.
Pancasila sebagai system filsafat di Indonesia juga dapat
dibuktikan dengan sila-sila pancasila yang bersifat organis, hierarkis,
pyramidal, serta saling mengisi dan melengkapi.
DAFTAR
PUSTAKA
Anshari,
Endang Saifuddin. (1979). Ilmu, Filsafat, dan Agama. Surabaya:
Bina Ilmu.
Ciptoprawira,
Abdullah. (2000). Filsafat Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.
Hanafi,
Ahmad. (1990). Pengantar Filsafat Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
this information very useful for me, thanks gan for your information.
BalasHapusride share my link , if you want to visit also allowed: obat kista tradisional... thanks before